Jumat, 18 Februari 2011

Tips Menjadi Pasangan Serasi

Kadang, kita iri melihat ada pasangan serasi yang begitu kompak di depan umum; dan berkhayal mampukah kita dan pasangan kita berlaku sama dengan pasangan tersebut. Akan tetapi, kadang, yang kita lakukan justru menuntut pasangan untuk mengejar pandangan orang lain bahwa Anda dan pasangan adalah pasangan terserasi di dunia.

Ada dua tips untuk menciptakan keserasian hubungan.

1. Menjadi Diri Sendiri

Kadang, kita menyuruh pasangan untuk tampil modis, tidak kekanak-kanakan, elegan, dan sebagainya. Kita tidak sadar bahwa tindakan ini secara tidak langsung menyayat hati pasangan.

Ia menganggap kita menyetir hidupnya dan hendak mengubahnya menjadi sosok asing. Ia bisa beranggapan bahwa selama ini kita tdak mencintainya, kita hanya memeralatnya menjadi “orang yang kita sukai” tanpa kita berusaha menjadi sosok yang dicintainya juga.

Inilah poin pentingnya. Dengan menuntut banyak hal, sebenarnya kita tidak menghargai diri pasangan. Bahkan, kita sebenarnya juga tidak menjadi diri sendiri. Kita menjadi diri yang dituntut oleh konsep berpikir umum bahwa pasangan serasi harus begini dan begitu.

Buatlah pasangan Anda nyaman menjadi dirinya sendiri, menunjukkan cinta dengan caranya sendiri, dan buatlah Anda juga demikian. Tak perlu waktu lama, Anda akan menyadari bahwa Anda dan pasangan bisa tampil serasi tanpa perlu memerhatikan pandangan umum.

2. Tidak Mencari Kesempurnaan

Ada seorang laki-laki sempurna. Ia menolak semua lamaran perempuan karena ia mencari perempuan yang serupa dengan dirinya. Lalu, ketika ia menemukan perempuan sempurna, ia melamar perempuan tadi. Akan tetapi, apa yang terjadi?

Perempuan tadi berkata, “kau mencari perempuan sempurna, demikian juga aku. Bagiku, kau bukan lelaki sempurna”.

Kadang, kita menuntut kekasih harus melakukan hal-hal sempurna. Ia tidak boleh marah ketika kita marah, ia tidak boleh menangis ketika kita membentak, atau ia tidak boleh bermanja-manja di depan umum. Hal-hal ini jelas menyiksa pasangan. Apalagi jika kita memerlakukan hal sebaliknya. Kita bisa marah ketika marah, tapi tidak menoleransi jika pasangan berbuat sama.

Bagaimana pun, pasangan kita adalah manusia, bukan robot. Jangan mencari kesempurnaan jika Anda tidak bisa sempurna. Bukankah hubungan akan lebih serasi jika masing-masing saling menutupi kekurangan, atau menganggapnya tak penting?

Jodoh atau tidaknya pasangan bisa dilihat dari hal ini. Orang yang tidak berjodoh akan selalu mencari kesalahan untuk “menghukum” pasangan. Sebaliknya, mereka yang berjodoh akan mencari kebaikan-kebaikan pasangan dan bersyukur dengan sikap yang apa adanya.


From : http://www.anneahira.com/pasangan-serasi.htm

Minggu, 13 Februari 2011

Otak dan Hati

Suatu pekerjaan yang sulit ketika harus mengerti diri sendiri. Bermacam argument bertarung di dalam hati ini. Kadang bisa begitu mengerti tentang diri sendiri, kadang sangat jauh dari mengerti, bahkan tidak kenal sama sekali. Berapa kali berbuat salah, berapa kali pula meminta maaf pada diri sendiri, tapi berapa kali pula mengulangi kesalahan itu. Diri ini sepertinya sudah lelah dengan segala kebohongan yang dibuat oleh hati. Sekali diri menuruti kata hati, terus berulang, dan selalu menganggap benar apa kata hati itu.
Kata orang otak itu sudah tidak boleh dibiarkan terlalu berfikir, karena semakin berfikir dengan otak, semakin jauh pula pemahanan terhadap diri sendiri. Otak hanya berfikir tentang logika, sedangkan hidup ini kadang, bahkan sering diluar logika. Oleh karenanya, muncullah hati yang lebih teliti dalam menyikapi hidup. Lebih punya etika memaknai segala yang datang dan pergi.
Setiap manusia punya otak dan hati, yang keberadaannya mungkin memang berjauhan, tapi interaksinya sungguh secepat kilat. Ketika otak dan hati berkomunikasi, kebimbangan menerkam diri seseorang. Diri menjadi lemah dan tanpa arah. Perang dalam batin mulai berkobar, dan tinggal dilihat, siapa yang menang, otak apa hati?
Bila ada mata kuliah tentang membimbing otak dan hati supaya berjalan serasi, mungkin kelasnya akan selalu penuh oleh mahasiswa. Kurikulumnya akan dibuat oleh Si Ahli Otak dan Si Ahli Hati. Dan, bukan tidak mungkin hasil dari kelas ini akan memiliki jiwa-jiwa sopan yang nantinya menjadi pemimpin sejati. Pemimpin yang mampu mengendalikan diri sendiri, dengan kecerdasan otak dan hatinya. Bagaimana dengan kita?