Minggu, 13 Februari 2011

Otak dan Hati

Suatu pekerjaan yang sulit ketika harus mengerti diri sendiri. Bermacam argument bertarung di dalam hati ini. Kadang bisa begitu mengerti tentang diri sendiri, kadang sangat jauh dari mengerti, bahkan tidak kenal sama sekali. Berapa kali berbuat salah, berapa kali pula meminta maaf pada diri sendiri, tapi berapa kali pula mengulangi kesalahan itu. Diri ini sepertinya sudah lelah dengan segala kebohongan yang dibuat oleh hati. Sekali diri menuruti kata hati, terus berulang, dan selalu menganggap benar apa kata hati itu.
Kata orang otak itu sudah tidak boleh dibiarkan terlalu berfikir, karena semakin berfikir dengan otak, semakin jauh pula pemahanan terhadap diri sendiri. Otak hanya berfikir tentang logika, sedangkan hidup ini kadang, bahkan sering diluar logika. Oleh karenanya, muncullah hati yang lebih teliti dalam menyikapi hidup. Lebih punya etika memaknai segala yang datang dan pergi.
Setiap manusia punya otak dan hati, yang keberadaannya mungkin memang berjauhan, tapi interaksinya sungguh secepat kilat. Ketika otak dan hati berkomunikasi, kebimbangan menerkam diri seseorang. Diri menjadi lemah dan tanpa arah. Perang dalam batin mulai berkobar, dan tinggal dilihat, siapa yang menang, otak apa hati?
Bila ada mata kuliah tentang membimbing otak dan hati supaya berjalan serasi, mungkin kelasnya akan selalu penuh oleh mahasiswa. Kurikulumnya akan dibuat oleh Si Ahli Otak dan Si Ahli Hati. Dan, bukan tidak mungkin hasil dari kelas ini akan memiliki jiwa-jiwa sopan yang nantinya menjadi pemimpin sejati. Pemimpin yang mampu mengendalikan diri sendiri, dengan kecerdasan otak dan hatinya. Bagaimana dengan kita?

Tidak ada komentar: